Jumat, 16 Maret 2018

Hari 3 (Tokyo): Tokyo Tower dan Shiba Park, Lanjut ke Nikko dan Berakhir Ngegabut di Perempatan Shibuya

Masih dengan headset di telinga, gue membuka mata secara perlahan. Hmmm... Masih gelap. Gue liat jam lagi ternyata udah mau jam 7. Lho iya, karena lagi musim dingin jadi sunrise baru ada sekitar jam 7. Di saat masih gelap dan orang-orang masih terlelap, gue udah mulai bangun dari kasur gue dan siap-siap turun ke lantai 1 buat mandi dan beres-beres. Di Oak Hostel Fuji ini, shower room cuma ada di lantai 1, jadi gue naik turun buat mandi dan selesai mandi untuk kemas barang dan rapihin pakaian ke tas. Ya untungnya tersedia lift, dan jarak dari lift ke kamar maupun shower room cukup dekat. Jadi gue tidak mempermasalahkan hal tsb.


Setelah rapih dan siap, turunlah gue ke lantai 1 untuk memulai petualangan hari ini. Tapi, sebelum gue mulai, kayanya sayang juga membiarkan makanan-makanan ringan yang gue persiapkan dari rumah tidak termakan. Jadi gue putuskan hari ini untuk sarapan dulu πŸ˜€, ya itung-itung irit uang makan sarapan juga sih, hehe. Untuk tempat di lantai satunya Oak Hostel Fuji ini sendiri menurut gue sangat nyaman. Walaupun dapurnya tidak menyediakan kompor, tapi kebutuhan dan perlengkapan dasar lain kaya gula, kopi, teh, microwave, kulkas, dsb lengkap kok! Jadi gue cuma perlu rebus air aja untuk menyeduh sarapan gue.

1F, Oak Hostel Fuji
Nih area dapur dan tempat makan lantai 1nya Oak Hostel Fuji. Lebih kaya kafe gitu ya, dan suasananya nyaman emang! Gue sarapan sambil ditemani musik-musik gitu. Lumayan sebagai pembuka hari ketiga gue! Oh ya jangan lupa juga untuk buang dan cuci segala yang udah kita gunakan! Kebersihan nomor satu disini πŸ‘†!

* * * * * * * * * 

Nyasar di Stasiun Shimbashi!
Akses Asakusa ke Tokyo Tower:


Setelah selesai sarapan, keluarlah gue dari Oak Hostel Fuji. Membuka pintu dan langsung saja angin nerobos masuk jaket tebel gue 😰. Ditambah, perjalanan dari hotel ke stasiun Asakusa ini agak sepi dan lewatin Sumida  River yang anginnya juga gila-gilaan. Kerennya banyak juga dong orang-orang lagi Jogging di pinggiran Sumida River.

Di hari ketiga ini, gue juga udah mulai menggunakan Tokyo Subway Passnya. Karena dilihat dari itinerary, gue bakal gunain banyak subway. So, opsi Subway Pass jadi yang terbaik disini.


Btw, stasiun Asakusa punya dua jalur atau line kereta, Ginza Line dan Asakusa Line (seperti di gambar). Pada perjalanan gue ke Tokyo Tower ini seharusnya gue pake yang Asakusa Line biar langsung ke stasiun Daimon (stasiun terdekat ke Tokyo Tower). Tapi karena ternyata kedua Line tersebut berbeda ruang bawah tanah, sementara gue masuk ke stasiun yang kaya kemarin. Jadi bisa dibilang gue salah naik. Dan gue baru sadar ketika udah tap masuk ke stasiunnya. Ya daripada jalan keluar lagi naik turun tangga, mending gue lanjut aja, gak apa lebih lama dikit. Karena salah Line, cara menuju ke stasiun Daimon tsb dengan transit di stasiun Shimbashi, salah satu stasiun besar di Tokyo.

Ada kejadian asik disni. Jadi pas gue masuk ke kereta dari stasiun Asakusa ini, keretanya rame banget. KRL? Kalah! Sumpah ya, kalo kalian pernah liat video yang petugas stasiunnya sampe dorongin penumpang biar pintu kereta bisa nutup, ya ini! Kejadian nyata yang gue liat wkwk. Bahkan gue mencoba untuk menunggu satu kereta lagi karena dirasa sangat penuh. Hasilnya? Nihil.... Kereta berikutnya sama aja penuhnya 😭. Yaudahlah, gue paksa ikut naik aja dan saling dempet-dempetan di kereta. Gak perlu pegangan sama tiang atau gagang di kereta. Let it flow aja.... Biarkan diri kita mengalir bergerak ke depan, ke belakang, ke samping dengan sendirinya, mengikuti pergerakan orang lain wkwk. Saat sampai di Shimbashi, baru deh tuh semua orang pada turun (termasuk gue, yang emang transit disini).

Gue nyasar! Iya! Lagi-lagi nyasar di stasiun! Gue merasakan pusing hingga stress *lebay*. Kenapa? Karena disini gue merasakan bahwa orang Tokyo itu kaya robot banget, semua orang pada jalan dengan sangat cepat, naik dan turun tangga tanpa noleh sedikitpun untuk pindah Line kereta tanpa berhenti. Kaya udah di setting kaya gitu setiap harinya. Belom lagi suara sepatu hak dan sepatu kerja mereka, yang bunyinya kaya sepatu kuda. Hingga akhirnya gue yang berhenti di tengah kerumunan orang pada jalan karena kebingungan pun akhirnya ditabrak dan terdorong kesana kemari. Gue makin pusing aja, di dorong-dorong sama mereka terus, ditambah suara sepatu mereka yang makin gede bunyinya.

Daripada terus-terusan di tabrak, yaudah gue keluar dari barisan orang yang lagi jalan, dan tanya ke satpam. Setelah diberitahu lewat mana, gue menyiapkan aba-aba untuk ikutan ke dalam barisan jalan cepat itu, dan ikutan jalan cepet bareng mereka, eheeeeee. Acara nyasar di dalem stasiun Shimbashi ini berhasil memakan waktu gue sekitar 30 menit sendiri😭.

* * * * * * * * * 

Zojo-ji Temple dan Tokyo Tower!
Shibadaimon Road
Hanya perlu satu stasiun lagi dari Shimbashi St. ke Daimon St., akhirnya gue sampai juga!
Untuk akses ke Tokyo Tower sendiri ada banyak pemberhentian stasiun sebenarnya. Gue memilih pemberhentian di Daimon St., walaupun jaraknya cukup jauh, kurang lebih satu kilometer lah. Tapi dari Daimon St. ini kita bisa sekalian lewatin Zojo-ji Temple, ya mampir sebentar lah ya ke tourist spot lain, ehe, kan gratis ini masuk templenya juga.


Istirahat dulu di taman depan area Zojo-ji Temple, duduk, minum, mijet-mijet kaki dikit.... Maklum acara nyasar di Shimbashi St. telah berhasil menguras tenaga dan pikiran 😴.


Gak berapa lama, akhirnya gue masuk ke area Zojo-ji Temple ini. Relax. Mungkin itu yang ada dipikiran gue wkwk. Abis sepi, dingin, dan suasananya enak. Ngeliat petugas kebersihan patroli gitu, penjaga kuilnya juga... Ya... simple but beautiful!


Agak bingung juga sih pas di area ini, karena masih sepi dan keliatannya Templenya tutup atau emang selalu di tutup (?) ntah lah, heeee. Karena perjalanan ke Tokyo Tower masih cukup jauh, akhirnya gue beranjak jalan lagi.


Berjalan menuju keluar area Zojo-ji Temple, tanpa sengaja gue melewati salah satu kuil juga. Kali ini agak rame sama orang, seperti ngantri gitu. Dan kayanya mereka itu satu gerombolan orang kantoran mungkin (?). Gue kurang paham juga, tapi pas gue mencoba mendekati kuil itu dan coba mendokumentasikannya, tapi ada tulisan dilarang foto. Tempat suci mungkin hehe. Kayanya lagi diadakan upacara dan doa-doa gitu... Dan sepertinya emang pagi-pagi orang kantoran dekat Zojo-ji sering mampir.




Lanjut jalan keluar menuju Tokyo Tower. Ternyata gue salah jalan lagi, dan malah ke tempat pemakaman wkwk. Itu tuh loketnya (mungkin loket bunga atau sebagainya (?)). Kurang memperhatikan sih, tapi yang jelas cukup banyak orang tua yang dateng ke area ini. Karena masih nyasar, yaudah jadinya balik ke tempat awal aja buat ikutin jalur sesuai petunjuknya.


Area Tokyo Tower, termasuk Shiba Park dan Zojo-ji Temple ini gue yakin sangat bagus saat musim semi. Karena banyak banget pohon sakuranya, sayangnya pas winter gini ya belom numbuh/mekar sakuranya. Oh ya, di jalan menuju Tokyo Tower ini lah gue bertemu dengan ibu dan anak yang dari Taiwan itu yang sempat kenalan dan minta fotoin itu, yang sempat gue ceritakan di post pertama sebelumnya.


Jalan ke Tokyo Tower ini bikin capek juga. Karena jalannya menanjak πŸ˜“. Tapi gue tetep suka! Karena itu! Tiap perjalanan itu memberikan sightseeing yang terbaik dan berbeda tiap saatnya.... 😍.


Akhirnya tiba di depan Tokyo Tower! 
Tokyo Tower adalah menara yang terletak di area taman Shiba, Minato, Tokyo, Jepang. Tokyo Tower ini mejadi salah satu tempat favorit orang-orang untuk dikunjungi. Padahal, fungsi awal Tokyo Tower ini sebenarnya bukan sebagai objek wisata lho, tetapi sebagai menara pemancar gelombang radio dan TV. Tapi ya emang di dalem Tokyo Towernya cukup menarik, gak cuma semacam kantor aja.


Salah satunya ini! 
Tokyo One Piece Tower! Buat pecinta One Piece bisa banget lah ke dalem ya! Gue sebenernya juga pecinta One Piece sihhh.... Tapi sayangnya gue tidak masuk ke dalam Tokyo Tower. Karena masuk ke dalemnya (Observatory Decknya) bayar ¥900, ya lumayan lah ya. Daripada bayar ¥900, kan mending di pake untuk makan, hehe. Terus juga di Tokyo ada kok Observatory Deck gratis di area Shinjuku, lebih tepatnya di Tokyo Metropolitan Government Building (TMG). Kalau ada yang gratis kenapa tidak? hehe. Tapi bagi yang mau ke Observatory Deck Tokyo Tower masuk aja! menurut gue cukup worth kok. Apalagi kalo malam kaya ada semacam winter illumination gitu di dalem. Terus pemandangan yang terlihat kan juga beda sama yang di TMG. Tapi keduanya sama-sama worth! Selain Tokyo Tower dan TMG, kalo kalian suka liat pemandangan dari atas bisa juga coba ke Tokyo SkyTree, yang lebih tinggi dari Tokyo Tower, tapi bayarnya lebih mahal lagi sekitar ¥2.300 kalo gak salah.


Berhubung tidak masuk ke Observatory Deck Tokyo Tower, jadi tidak banyak hal yang gue lakukan disana. Sooooooo, balik deh menuju Onarimon St. (jalan jauh lagi πŸ˜“). Lagi-lagi karena menuju Onarimon St. ini melewati Shiba Park, yaudah deh sekalian mampir ngaso-ngaso dulu di Shiba Park, karena Shiba Park ini agak rame.

Perjalanan ke Shiba Park kali ini ditemani dengan dedek-dedek nan kawaii yang mau menuju kesana juga. Mau main-main disana mungkin mereka, hehe. Kawaii deshoune!!! Terus juga menemui anak kecil lucu di kereta dorong tersebut! Ada yang kembar juga! Hahaha. Btw gue juga berhasil mengambil gambar anak kecil tsb saat dia melihat kamera! *not for public, wkwkwk.
Yang kaya gini lah yang membuat gue tidak merasa capek (capek tetep berasa sih... Mungkin lebih tepatnya capek yang terbayarkan, wkwk). Karena tiap jalan itu ada banyak sesuatu hal yang bisa dinikmati, hal-hal kecil doang padahal 😍.

* * * * * * * * * 

Shiba Park!


Belom sampe Shiba Park ini ternyata, gue nyasar lagi hehe, karena ketinggalan rombongan adek-adek yang tadi itu. Malah udah make naik-naik tangga ke atas juga 😭. Gapapa deh, itung-itung olahraga lagi.


Nah, ini baru sampe di Shiba Park. Lagi-lagi tidak banyak hal yang gue lakukan, cuma duduk liat-liatin anak-anak lagi pada main. Mereka kayanya sekolah deh itu. Karena ada dua guru gitu. Satu cowok masih muda kaya guru olahraganya gitu. Satunya lagi perempuan udah agak tua (kaya nenek gitu deh) yang menjaga mereka. Terus juga gue yang lagi asik ngiterin lapangannya sambil megang kamera disamperin sama obaa-samaa itu dan di kasih kalau jangan memotret anak-anak yg lagi main tsb. Good! Yap, di Jepang emang sangat menghargai privasi sih. Ya jadi pas gue dibilangin gitu gue kaya nunduk, mengiyakan dan minta maaf gitu hehe.


Tapi gue berhasil kok mengabadikan salah satu adeknya yang lagi main petak umpet sama gue. WKWK... πŸ˜‚πŸ˜‚.


Kalau di lihat dari suasananya, area Shiba Park ini gue yakin rame pas spring atau summer gitu, karena disekelilingnya banyak pohon sakura juga. Pasti bagus. Pas winter dan lagi dingin-dinginnya kaya gini menurut gue udah cukup rame sih untuk jam pagi gini.


Tuh liat deretan pohon Sakura.
Karena merasa udah cukup gabut dan ngaso-ngasonya di Shiba Park ini, gue coba jalan ke atas gitu. Ternyata lanjutan di atas itu ya taman juga. Lebih rame sih, banyak anak kecil lagi main baseball hehe.


Gak kerasa udah jam 11 juga, akhirnya gue beranjak ke Onarimon St. untuk menuju Tokyo St. dan melanjutkan petualangan ke daerah Nikko, yang agak jauh dari Tokyo. Sebelumnya, di perjalanan menuju Onarimon St. menemukan banyak burung lagi pada makan di jalanan juga, hehe. Yaudah deh, jepret, jepret.
* * * * * * * * * 

Tokyo Station!
Akses Shiba Park ke Tokyo Station:
Karena tidak bisa ke Tokyo Station langsung, alhasil berhenti di Hibiya St., dan berjalan lagi cukup jauh.... Jalan lagi, jalan lagii.... πŸ˜….


Keluar dari Subway Hibiya Park ini cukup menggugah pemandangan yang indah wkwkk. Karena di timurnya penuh gedung-gedung tinggi. Bagus! Dan di baratnya itu kosong, area Tokyo Imperial Palace.


Waktu terus berjalan, dan karena gue mengejar kereta Shinkansen ke Nikko jam 12. Jadi sebenernya sempet ada niatan awal gue untuk ke Imperial Palace, tapi sayangnya harus gue urungkan, dan langsung saja cusssss lanjut jalan kaki ke Tokyo Station.


Setelah sampai di depan Tokyo Station... Disinilah gue baru merasakan yang namanya pusat Tokyo sebagai kota Metropolitan. Soalnya kemarin kan langsung ke Echigo-yuzawa dan Yokohama, ke Tokyonya (akihabara) malem-malem dan hujan lagiii huuuu, jadi belum bisa menikmati. Dan di Asakusa itu lebih kaya agak kalem ketimbang area Tokyo Station yang agak padet.

Di trotoar luas depan Tokyo Station ini banyak tourist-tourist yang foto-foto juga. Apalagi fotoin si Tokyo Stationnya. Secara, bangunan Tokyo Station ini bisa di bilang cukup unik. Konon, katanya Tokyo Station ini sempet rusak lho pas Perang Dunia II dulu. Tokyo Station ini bisa dibilang stasiun raksasa, luas banget, tapi masih kalah luas sama stasiun Shinjuku sih, hehe. Kalo gak jeli baca petunjuk bisa dipastikan salah jalur! 


Sampai sekarang, Tokyo Station ini masih mempertahankan bangunan gaya lama dengan ciri khas batu bata merah. Di tengah-tengah gedung tinggi modern, eh ada bangunan gaya lama ini, makanya banyak banget yang foto-foto disini.


Berhubung sebagai salah satu stasiun terbesar di Tokyo. Tokyo Station ini juga dibilang cukup lengkap lho fasilitasnya! Terutama bagi yang agak concern masalah prayer room! Di Tokyo Station ada! Masuk di pintu sisi barat, terus nanti ketemu loket pembelian tiket JR. Prayer roomnya ada di dalem situ. Masuk ajahh!!
* * * * * * * * * 

OTW Nikko!
Akses Tokyo Station ke Nikko:
 
Seperti yang dilihat pada timetable di atas, perjalanan ke Nikko ini cukup panjang juga. Kurang lebih 2 jam lah, sudah termasuk transit di Utsunomiya. Karena tidak ada rute langsung dari Tokyo ke Nikko, jadi satu-satunya cara ya naik Shinkansen dan transit dilanjut naik kereta lokalnya Nikko. Berbeda kalau awal keberangkatan dari Shinjuku, ada kereta yang langsung ke Nikko, jadi gak perlu transit lagi.


Di setiap stasiun antar kota (non-lokal), biasanya di peronnya itu ada semacam tanda gitu kaya di atas. Yang orens untuk penumpang dengan timetable pertama, dan ijo untuk penumpang dengan timetable kedua. Perjalanan Shinkansen ke Utsunomiya ini gue memakai yang reserved seat, jadi sebelumnya gue emang udah urus dari Tokyo Wide Passnya untuk dapetin tiket gratis hihi.


Di dalem Shinkansen juga gue tidak melakukan banyak hal. Cuma makan satu onigiri yang gue beli di stasiun sebelumnya, karena dari pagi baru makan sarapan di penginapan doang. Ya ada waktu 49 menit di Shinkansen ini lebih banyak gue lakukan dengan pasang headset di telinga, atur posisi, menyalakan alarm biar gak kelewatan stasiunnya, dan tidur lagi... hehe ✌. Harap maklum explore Tokyo Tower tadi berhasil membuat kaki gue bekerja keras, hehe.

40 menit berlalu, alarm gue pun akhirnya berbunyi dan berhasil membangunkan gue. Ngumpulin nyawa dulu, minum, rapih-rapih (siap-siap pake jaket) lagi. Gak lama, sampailah Shinkansen di Utsunomiya Station. Ujug-ujug gue keluar, dan pindah peron menuju kereta lokal JR. Pas udah sampe di peronnya ini, si kereta lokalnya udah nungguin. Dan dari pada menunggu 15 menit di stasiun yang super dingin, gue memutuskan untuk menunggu di dalem kereta aja, hangat. Model kereta lokal ini ya kurang lebih seperti KRL, dengan posisi tempat duduk di kanan-kiri bagian pojok.

Selama perjalanan menuju Nikko ini, gue mencoba untuk tidur lagi. Tapi, karena perjalanan ke Nikko itu kaya perjalanan menuju desa area pegunungan gitu dimana kanan kirinya lahan kosong, terus pohon bambu, gak lama pemukiman rumah-rumah gitu, pokonya gak monotan lah.... Jadi gue tetep melek dan lebih memilih menikmati pemandangan aja. Lagian juga di dalem kereta ini banyak anak-anak sekolah gitu baru pada pulang sekolah sepertinya. Ngobrol-ngobrol pelan gitu (karena emang gak boleh berisik), terus ada yang main game, ada yang baca buku, ada yang baca webtoon.... Yaaaaaa, banyak deh. Sayang pokoknya kalau tidak diperhatikan wkwk.

* * * * * * * * * 

Nikko!


Kurang lebih 40 menitan, akhirnya sampai di Nikko! Nikko ini merupakan salah satu kota di daerah Tochigi Prefectur, Jepang. Kota yang bisa dibilang menyimpan banyak peninggalan sejarah, budaya, serta kawasan alamnya yang subur dan sangat indah. Benar saja,  pas gue keluar dari stasiun itu hawanya udah enak, kalem gitu suasananya, gak padet kaya di Tokyo, cocok buat orang-orang yang butuh relax. Gue aja pas sampe malah jadi ngantuk, karena suasananya enak banget, sepi dan tentram! 


Pas udah sampai stasiun Nikko ini sebenarnya ada banyak penawaran pilihan paket di Nikko gitu. Kaya paket One Day Bus Pass yang ke daerah mana gitu. Karena Nikko ini emang lebih ke alam gitu, jadi satu-satunya jalan cuma dengan bus aja, dan lokasi wisatanya agak jauh dari yang sini ke yang situ. Karena harga passnya lumayan juga, ya sekitar ¥1.000 sampai ¥3.000 gitu lah selama dua hari (tergantung ambil ke area mana), jadi gue tidak menggunakan opsi ini. Tapi walaupun mahal, kalau menurut gue worth banget! Karena bisa ke air terjun juga, terus ke bagian gunung-gunung lainnya. Pokoknya indah emang pemandangannya! 

Katanya, Nikko berhasil menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dituju saat musim gugur tiba di Jepang, lho. Bukan cuma warga lokal aja, wisatawan dari berbagai daerah pun juga banyak yang datang untuk melihat pemandangan indah. Dan menurut gue emang kayanya jauh lebih worth kalau kesini pas musim gugur, karena alam-alamnya nyatu sama warna-warna pohon/daun yang orens, merah dan agak kekuning-kuningan gitu. Sebenernya pas winter juga bagus, tapi harus pas lagi turun salju. Dan kebetulan pas gue kesana, Nikko lagi gak turun salju, walaupun ada di beberapa spot yang saljunya numpuk bekas salju kemarin-kemarin pas turun.

Cr. Tobu.co.jp
Tuh rutenya, tinggal sesuaikan aja sama Itinerary kalian. Kalau gue sendiri, karena tau lagi gak banyak salju di Nikko, jadi gak mau berlama-lama juga. Jadi gue lebih memilih untuk tour yang World Heritage aja. 

World Heritage ini fokusnya pada area terdekat stasiun Nikko, kaya Shinkyo Bridge, Toshogu Shrine, Shinto Shrine, ya intinya lebih ke heritage gitu lah. Dan harga bus pass World Heritage ini adalah yang termurah (karena emang deket), cuma ¥500 aja. Buat kalian yang mungkin pengen ke Nikko dan area terdekat dulu, boleh ambil pass ini. Kalau gue kemarin sayangnya lebih memilih jalan kaki ketimbang beli pass, karena ingin mengirit. TAPIIIII, gue sarankan lebih baik membeli saja. Karena perjalan ke Nikko ini semacam nanjak gitu 😊. 


Bayangkan ajaaa, jalan dari Stasiun Nikko ke area world heritage sejauh 2 km dilakukan dengan jalan kaki nanjak :"), mau cry aja, kaki udah capek muter-muterin Tokyo Tower, dilanjut sama ini. Gue menyesal sumpah 😭. Tapi nyeselnya pas udah di tengah jalan, ya rugi dong balik lagi ke awal buat beli bus passnya πŸ˜“, ya mau tak mau gue lanjut aja. Untungnya ada pasangan tourist yang ikutan jalan kaki juga, jadi gak sendiri-sendiri amat lah, hehe.


* * * * * * * * * 

Shinkyo Bridge x Toshogu Shrine!
Ekpektasi (cr. taiken.co)
WAIT! WAIT! Foto di atas adalah foto Shinkyo Bridge!!!!
TAPI, pas lagi turun salju.... Ehe. Bagus kan?!!!!!
Pengennya sih pas gue kunjungi juga seperti foto di atas....
Yaaaaa, berhubung pas sampe di stasiun Nikko lagi gak ada salju juga dan sisa-sisa salju cuma dikit doang dijalanan, jadi gue sudah tidak berekspektasi lebih....

Realita
Ehe.... Jauh ya :"))).
Yaudah gpp, lagi gak rejeki, ehe. Tapi tetep bagus kok aslinya... Dan anginnya dingin banget :"). Cuma untuk ukuran gue yang sudah berjalan cukup jauh, kurang lebih 2 km dan nanjak gitu, merasa kurang worth πŸ˜“. Makanya gue agak menyesal tidak membeli World Heritage bus pass. Walaupun tidak sebagaus ekspektasi, tapi tetep banyak tourist yang foto-fotoin jembatannya kok. Karena emang aslinya juga cukup bagus, bikin relax lah pokoknya area Nikko ini.


Sebenernya udah tau lagi gak turun salju juga, gue udah agak males buat lanjut ke Toshogu dan Shinto Shrine, karena tempat tsb pasti gak kena salju juga, dan bayar agak mahal jugaa... Serta gue harus jalan lagi jauh!!! naik tangga ke atas gitu kan capek lagi.... But, show must go on! Udah jauh-jauh ke area Nikko, sayang-sayang kalau tidak dimanfaatkan!



Setelah gue berhasil memaksa kaki gue dan mengatur napas beberapa kali, berhenti di tengah-tengah tangga, buat sekedar istirahat, akhirnya sampai juga di bagian atas kawasan Toshogu dan Shinto Shrine! Foto-foto di atas itu pas udah di bagian atas ya, gue tidak sempat foto pas lagi naik tangganya karena capeque syekaliii.



Bagus ya daerahnya, asriiii. Di beberapa pojokan jalan juga masih ada sedikit salju yang sisa gitu, bekas kemarin-kemarin sepertinya. Sayang sekali pas hari ini saljunya tinggal dikit. Karena daerahnya terus-terusan nanjak gitu, akhirnya gue berhenti lagi di tengah-tengah sini. Di samping halte kawasan ini ada Vending Machine dan ada kursi gitu kan, yaudah gue duduk aja untuk istirahat. Gak lama bus dateng, dan orang-orang yang istirahat juga pada naik kan. Sempet galau juga disini, gue udah capek banget, apa balik aja sekarang ya??? Tapi sayang banget udah capek-capek jalan....



Akhirnya gue membatalkan niat balik dengan bus, dan terus berjalan.  Gak lama gue masuk ke kawasan Rinnoji Temple. Sayangnya Temple ini lagi di renovasi... Dan emang terlihat sepi gitu, bahkan loketnya kaya gak buka gitu. Jadinya gue langsung terus melanjutkan perjalanan. 


Gak lama, gue berhasil keluar dari kawasan Rinnoji Temple ini, dan alhamdulillah gue sudah melihat gerbang depan Toshogu Shrine. Tapi ternyata masih cukup jauh juga, dan harus nanjak lagi :"). Oke, gue berhenti dulu. Istirahat. Tiba-tiba, gue merasa lemes banget. Belom makan selain sarapan tadi pagi, dan jalan udah jauh banget sampe nanjak-nanjak gitu. Hmmm... Maafkan aku Nikko. Aku harus menyudahi perjalanannya sampai sini.... Sudah tak kuadhh kaki ini😭😭 dan daerah Toshogu ini juga tidak tertutupi salju, jadi gue batalkan saja.


Tidak jauh dari tempat gue istirahat tadi, gue melihat ada halte dekat situ ternyata! Yaudah gue langsung turun dan duduk dulu di halte. Minum, benerin syal karena kawasan Nikko ini super dingin, gak kalah jauh sama Echigo.

Kurang lebih dingin-dinginan di halte selama 10 menit, datenglah busnya dan langsung aja gue naik dan bayar ¥260 dengan Pasmo. Disini gue semakin menyesal karena tidak membeli bus pass World Heritage pas baru sampe tadi. Padahal setelah gue pikir-pikir, gue tinggal nambah setengahnya lagi jadi pas berangkat tadi gak perlu jalan kaki nanjak-nanjak 2 km. Terus juga bakal berhasil ke Toshogu Shrine, karena rute busnya lewatin area Toshogu Shrine.

Ya sudahlah tidak ada yang perlu disesalkan wkwk. Sampai jumpa lain waktu Toshogu dan Nikko! Next pengen kesini pas autumn dan ke daerah air terjun sama danaunya gitu!


* * * * * * * * * 

Bye, Nikko! Kembali ke Shinjuku!

Akhirnya sampai di stasiun! Udah lelah banget. Stasiun gue balik ke Tokyo kali ini bukan dari Nikko Station, tapi dari Tobu-Nikko Station. Cuma agak ke utara dikit aja dari Nikko Stationnya. Kali ini gue menggunakan Tobu Railway lebih tepatnya Ltd. Express SPACIA, bukan Shinkansen. Berbeda juga sama pas berangkat dimana gue transit dulu. Dengan Tobu Express Spacia ini gue gak perlu transit biar langsung sampai di Tokyo, lebih tepatnya Shijuku Station.



Pas di stasiun Tobu, gue langsung masuk ke kantor dan menukar JR Tokyo Wide Pass gue dengan tiket Tobu Railway! Btw, Tobu Railway ini gratis cuma sama JR Tokyo Wide Pass doang lho! Seperti yang gue ceritakan di post sebelumnya, kalau JR Tokyo Wide Pass juga mengcover banyak kereta lain di kawasan Tokyo, pokonya worth banget lah dan gue sangat merekomendasikan Tokyo Wide Pass. Kalau kalain pengguna JR Pass, maka kalian gak bisa pake Tobu Railway ini buat langsung ke Tokyo, tapi harus seperti cara awal tadi, yaitu transit di Utsunomiya.



Pake Tobu Railway sebenarnya tetep harus transit sih, karena awalnya kita naik Tobu Local dulu dan transit sebentar di Shimo-Imachi St., kurang lebih 2 stasiun aja dari Tobu Station. Terus turun, dan di peron yang sama kita tinggal pindah ke bagian sampingnya buat naik Tobu Express Spacia yang langsung ke Shinjuku.


Pas pindah ke Tobu Express Spacia ini, gue salah membaca no. car pada tiket gue. Gue pikir gue dapet no. 6, jadi langsung aja ke gerbong no. 6, dan mendapatkan bahwa kursinya tempatnya nyaman dan enak... Bahkan masuk ke gerbongnya ada ruangannya lagi di dalamnya (kaya foto di atas). Pintunya juga bertuliskan "Premium". Wih gue seneng banget dong. Eh kemudian, gue tersadar kalau kayanya gak mungkin dapet tiket gratisan yang mewah dari nuker Tokyo Wide Pass. Gue coba cek lagi ternyata gue salah baca dan harusnya no. 4.


Yaudah cusssss gue pindah ke gerbong no.4, tapi tetep enak kok! Wkwkwk. Di dalem kereta Tobu Express Spacia ini ternyata free wifi lho! Sama seperti kereta pada musim dingin yang memakai heater, jadi keretanya anget dan nyaman. Dan lagi-lagi perjalanan 2 jam ini gue habiskan dengan istirahat dan tidur lagi. Bye, Nikko!


* * * * * * * * * 

Ramen Halal Enak di Shinjuku!

Duh, kok ada yang megang-megang sama mukul-mukul gue.
"Lasto, station." kata petugas keretanya, maksudnya last station.
Gue langsung bangun... Ternyata tidur gue lelap sekali, udah sampe aja masih tertidur dan di kasih tau kalo udah sampe Shinjuku. Wah! Terimakasih Tobu Express Spacia atas kenyamanannya wkwk. Lumayan capek-capek jalan kakinya jadi sedikit terbayarkan. Mencari jalan keluar di Shinjuku ini agak susah, karena luas banget. Shinjuku Station ini agak nyambung sama mall, jadi tau sendiri lah luasnya kaya gimana. Bahkan Shinjuku kalo gak salah punya empat sub Station saking gedenya.


Setelah berhasil keluar dari Shinjuku Station... Ternyata langit udah gelap, padahal belom tepat jam setengah 6. Tapi pas winter emang sunset jam 5an sih.


Di luar stasiun ini kaya ada semacam winter illumination gitu. sepanjang koridor jalan di luarnya. Gue tidak meng-explorenya, karena gue udah laper banget. Jadi pas sampe, gue langsung keluar dan cus ke tempat ramen halal di Shinjuku yang sudah diidam-idamkan.

Cr. Google Maps
Kaijin Ramen.
Nama tempat ramen halal di Shinjuku. Cukup sulit bagi gue untuk menemukan tempat ini. Karena ternyata restoran ini bukan di tempat tunggal. Tapi satu gedung (gabungan) dengan banyak toko lain. Jadi agak susah untuk menemukan plang restorannya. Gedungnya seperti pada foto di atas, untuk Kaijin Ramennya sendiri masuk aja ke dalem, dan naik tangga, restorannya berada di lantai 2 dari gedung itu.


Restorannya seperti itu, kecil dan agak sempit. Untungnya pas gue kesana cuma ada 4 pelanggan aja. Jadi gak perlu ngantri, katanya restoran ini suka agak rame dan ngantri agak lama. Jadi gue langsung dipersilakan masuk, dan duduk di deretan kursi kiri itu. Di kasih menunya (dalam bahasa Inggris), dan gak lama gue memilih menunya.

Ramen Seafood + Rice Ball
Enak! Kurang pedes, tapi seger sih! Harganya ¥1.030! Sekitar 120rban lah mungkin, but worth it! Tidak mengecewakan emang. Isinya juga banyak lho. Terus pas gue ngeliat menunya itu bisa nambah mienya kalau mau, tanpa tambahan harga. Tapi menurut gue yang small aja udah gede dan kenyang banget, bahkan untuk gue yang belom makan selain sarapan + satu onigiri di Shinkansen tadi.
Sangat rekomendasi!

* * * * * * * * * 

Ngegabut di Shibuya!

Setelah perut terasa kenyang, gue agak bingung sebenarnya. Kalau berdasarkan itinerary sih, Harusnya ke Ameyokocho, street food pasar gitu di daerah Ueno. Tapi karena dari dulu gue suka Jepang itu, gue selalu suka liatin foto-foto dan video di perempatan Shibuya. Dan dari awal gue menginjakkan kaki di Jepang gue udah gak sabar mau ke Shibuya... Jadi gue memutuskan untuk pergi ke Shibuya! Cusss!

Hachiko!
Sampai di Shibuya akhirnya! Wah! Indah!
Apa sih, dikit-dikit indah, hehe. Padahal gak ada apa-apa disini :(. Tapi ya emang pemandangan orang-orang lagi jalan itu sangat indah :").


Oh ya, btw disini gue gak bakal banyak cerita, karena emang gue gak ngapa-ngapain. Kerjaan gue cuma ikutan nyebrang doang. Bolak-balik. Ada kali sampe 5 kali kayanya :"). Menyebrang dari berbagai sisi, merasakan perbedaan sensai menyebrang dari berbagai sisi. Hehe.
Ehe, ada cosplay Mario Kart. Maap agak ngeblur, karena lagi gak siap foto itu, buru-buru, takut mereka pergi duluan, wkwk.


Asik! Ngegabut banget deh pokonya disini. Sampai satu jam lebih mungkin gue disini. Cuma duduk di deket patung Hachiko, abis itu ikutan nyebrang, videoin orang lagi nyebrang, foto-foto juga. Ya gitu aja siklus gue di Shibuya. Sama satu lagi! Di depan gedung Tsutaya itu, kalau kalian lihat. Ada street performance gitu lho! Dua orang, nyanyi aja sih. Tapi suaranya bagus. Gue juga cukup lama dengerin mereka nyanyi. Banyak juga yang nontonin mereka, laku lah istilahnya. Salah satunya lagu One Ok Rock - Wherever You Are.

 As expected! Thank You, Shibuya!

* * * * * * * * * 

Mampir ke Senso-ji Temple!

Udah cukup lama ngegabut di Shibuya, akhirnya jam 8an gue memutuskan untuk balik ke penginapan di Asakusa. Shibuya St. ke Asakusa St. ini langsug pake Subway Toei Line, jadi gak perlu transit-transit lagi, dan bisa istirahat.

Dari Shibuya ke Asakusa ini memakan waktu hampir 40 menit, karena emang dari stasiun ujung, ke stasiun ujung lagi. Sampai di Asakusa St. sekitar jam 9 gitu, merasa masih terlalu cepet kalo balik ke penginapan langsung. Alhasil, coba explore Senso-ji Temple dulu aja untuk menghabiskan waktu.


Seperti post sebelumnya, daerah Asakusa ini kalau malam emang sepi. Bahkan Senso-ji Temple yang kalau pagi sampe sore selalu rame pengunjung dan jadi salah satu tempat favorit juga jadi sepi kalo malem. Walau demikian, sama kaya pas pagi di Zojo-ji Temple, Senso-ji Temple ini juga masih ada pengunjung orang Jepang lho, mereka abis pulang dari kantor, terus kesini, berdoa sama temennya. Yang bakar kayu gitu lah.


Ada sesuatu hal yang menarik perhatian gue di Senso-ji Temple ini, orang-orang Jepang pada teriak-teriak gitu excited ketawa-ketawa di area ini! Area apa ya? Kaya semacam area fortune teller gitu lah. Kalo dari plangnya dibacanya O-mikuji artinya ya fortune paper. Kayanya hampir di kuil besar ada Omikuji ini sih. Karena mereka kayanya asik juga yaudah gue juga coba ikutan buat asik-asikan aja.

Caranya, masukin uang ¥100 ke meja disana. Terus kalo udah kocok-kocok lah tuh tempat sumpitnya. Terus keluarin satu sumpit dari tempa itu. Dilihat nomornya (no. dalam tulisan kanji). Terus samain sama di rak kertas itu. Kalo udah sama, ambil deh kertas sesuai nomor yang tertera pada sumpit kayu itu.


八十一。
Hachi Juu Ichi.
Nah, gue dapet nomor 81. Ambil deh kertas dalem rak itu. Kalo kalian gak bisa baca kanjinya, disamain aja simbol kanjinya satu-satu sama yang disumpit ._.v. Nah itu adalah kertas yang gue dapet hehe. Kalo dapet fortune yang bagus, katanya suruh masukin lagi ke raknya, atau boleh di bawa balik. Kalo dapet bad fortune, kalian bisa iket kertas tsb di suatu tempat yang udah disediakan (ada di foto atas), di gantungin gitu. Karena cuma asik-asikan aja, jadi gue masukin lagi kertasnya ke dalem raknya, hehe.

Tokyo SkyTree from Azuma Bridge
Sudah merasa puas dan capek juga, sekitar jam 10 gitu, akhirnya gue memutuskan balik. Kebetulan karena sama-sama di area Asakusa, jadi jalan kaki lagi ke penginapan! Josh, semangat!

Terimakasih Tokyo untuk hari ketiganya!